SUDAH IDEALKAH SISTEM HIPERMAWA TENTANG KONFERENSI???

Ideal mana PENDELEGASIAN atau PEMILU RAYA dalam KONFERENSI PP HIPERMAWA?
Fakta…
Selama ini, semua konferensi yang dilaksanakan oleh Hipermawa mulai awal berdirinya sampai sekarang, belum pernah sekalipun menggunakan sistem pemilu raya, semuanya dilakukan dengan
sistem pendelegasian yakni setiap koperti/komisariat mrngirim 3 utusan (hak suara dan hak bicara) dalam pertemuan penentuan kebijakan tertinggi di Hipermawa yang dilaksanakan tiap dua tahun tersebut.

Pertanyaan…
Sudah idealkah sistem ini????
Nah, berikut ini penulis berikan beberapa referensi yang kemudian akan membawa kita menjawab pertanyaan tersebut diatas:

Pertama,
Demokrasi mengajarkan kepada kita bahwa pemerintahan itu berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Nah, ketika menggunakan sistem pendelegasian, maka akan muncul pertanyaan lagi. Apakah tiga suara tiap koperti/komisariat sudah mewakili aspirasi seluruh mahasiswa Wajo tanpa terkecuali?. Semua rakyat berhak memilih sendiri pemimpinnya.

Pilpres, pilgub, pilbup, pilkades saat ini semuanya menggunakan sistem pemilu raya. Tau kenapa? karena para pemikir negeri ini meyakini bahwa pemilu raya-lah yang paling mendekati ideal dalam pemilihan seorang pemimpin. Konsep ini mengakui eksistensi semua individu dalam masyarakat, tidak ada lagi sekat-sekat yang membedakan antara orang besar dengan kecil, junior senior, pintar bodoh dll. Kentalnya keadilan berdemokrasi tercermin jelas didalamnnya.

Kedua,
Pemilu raya akan meminimalisir konflik dalam RAK-RAK yang dilaksanakan di koperti/komisariat Pra-Konferensi karena selama ini realitas mengajarkan kepada kita bahwa banyak oknum-oknum tertentu (Dibaca Pemain Turun Gunung) yang terkesan memaksakan segala sesuatunya agar kandidatnya menang, walau dengan cara yang agak miring (bahasa halusnya). Orientasi mereka bukan lagi untuk membesarkan lembaga dengan memilih kandidat yang paling potensial memimpin lembaga ini, melainkan bagaimana menguasai tiga suara tersebut untuk kepentingan konferensi.

Ketiga,
Oknum-oknum Besar dan penguasa non-Hipermawa akan terbatasi ruang geraknya dalam mengarahkan jalannya pemilihan Ketua Umum. Kenapa? Karena pengalaman dikonferensi-konferensi sebelumnya telah membelajarkan kita akan maraknya pressure terstruktur dan terpola terhadap kader Hipermawa yang membawa suara koperti/komisariatnya sehingga ujung-ujungnya akan mengarahkan kita pada error concept ”Siapa yang dekat dengan orang besar, maka dia cenderung akan memenangkan pertarungan”. Pemilu raya hadir untuk mengatasi hal tersebut. Apa bisa oknum tersebut melakukan pressure terhadap semua mahasiswa Wajo yang jumlahnya ribuan orang tersebut.

Keempat,
Pemilu Raya Hipermawa akan mengajari kita tentang konsep demokrasi berikut pemetaan-pemetaan konstalasi kompetisi yang nantinya akan kita gunakan diluar sana setelah menyabet predikat Non-Mahasiswa. Menjadi sebuah keniscayaan bahwasanya seorang mahasiswa mustahil selamanya akan menjadi mahasiswa. Aktifis Hipermawa mustahil menghabiskan seluruh hidupnya untuk berhipermawa. Nah, dengan dihadirkannya Pemilu Raya, maka itu akan menjadi bekal bagi aktifis Hipermawa setelah dia tidak lagi dalam lingkaran Hipermawa. Setidaknya sudah siap tempur (jadi pemain) didunia luar sana.

Nah, penulis kira sedikit referensi diatas telah memberikan secerca gambaran bagi seluruh pecinta Hipermawa. Tulisan ini hanya ditujukan bagi MEREKA yang ingin Hipermawa berjaya kedepannya. SUDAH SAATNYA HIPERMAWA DIREFORMASI KAWAN-KAWAN.. Tunggu apa lagi!!!!

By Pecinta Hipermawa